Filsafat Neo-Humanisme


Neo-Humanisme adalah sistem filsafat yang dikembangkan oleh Prabhat Ranjan Sarkar pada tahun 1982, yang memperluas filsafat Humanisme sebelumnya. Neo-Humanisme adalah kerangka kerja komprehensif yang memperluas konsep humanisme untuk mencakup semua makhluk hidup dan benda mati, serta mengadvokasi cinta dan penghormatan universal untuk semua entitas.

Konsep Utama Neo-Humanisme:

  1. Melampaui Humanisme:

    • Humanisme tradisional berfokus pada kesejahteraan dan martabat manusia. Namun, Neo-Humanisme memperluas konsep ini untuk mencakup semua bentuk kehidupan, termasuk hewan, tumbuhan, dan bahkan objek mati seperti sungai, gunung, dan bumi itu sendiri. Filsafat ini berpendapat bahwa cinta dan penghormatan tidak boleh terbatas pada manusia, tetapi harus bersifat universal.
  2. Ideologi Kosmis:

    • Neo-Humanisme mempromosikan gagasan "Ideologi Kosmis," yang merupakan pemahaman bahwa alam semesta adalah satu kesatuan yang saling terhubung, dan semua makhluk adalah bagian dari keluarga kosmis yang lebih besar ini. Ideologi ini bertujuan untuk melampaui identifikasi sempit seperti nasionalisme, agama, atau spesiesisme, dan mendorong rasa persatuan dan kebersamaan universal.
  3. Utilisasi dan Sentimen:

    • Sarkar mengidentifikasi berbagai sentimen berbahaya—geo-sentimen (keterikatan pada tempat), sosio-sentimen (keterikatan pada kelompok sosial), dan pseudo-humanisme (humanisme yang egosentris)—yang menyebabkan perpecahan dan eksploitasi dalam masyarakat. Neo-Humanisme berupaya mengatasi sentimen-sentimen ini dengan mempromosikan pandangan yang lebih inklusif dan universal.
    • Neo-Humanisme juga menekankan pentingnya pemanfaatan sumber daya yang tepat untuk kepentingan semua makhluk, mengadvokasi ekonomi dan masyarakat yang melayani kesejahteraan seluruh ekosistem.
  4. Realisme Spiritual:

    • Di inti Neo-Humanisme adalah realisme spiritual, yang menekankan sifat spiritual dari semua makhluk. Sarkar percaya bahwa spiritualitas sejati mengakui keterhubungan semua eksistensi dan mempromosikan cinta universal, belas kasih, dan keadilan.
  5. Etika Lingkungan:

    • Neo-Humanisme menekankan perlakuan etis terhadap lingkungan. Filsafat ini menentang eksploitasi alam dan mengadvokasi praktik hidup berkelanjutan yang menghormati nilai intrinsik dunia alam.
  6. Pendidikan Holistik:

    • Pendidikan memainkan peran penting dalam Neo-Humanisme. Filsafat ini mempromosikan sistem pendidikan yang tidak hanya memberikan pengetahuan intelektual tetapi juga membina kecerdasan emosional dan spiritual. Tujuannya adalah untuk mengembangkan individu yang tidak hanya berpengetahuan tetapi juga penuh kasih dan sadar akan tanggung jawab mereka terhadap semua bentuk kehidupan.
  7. Transformasi Sosial:

    • Neo-Humanisme juga merupakan seruan untuk transformasi sosial. Filsafat ini berupaya membongkar sistem penindasan, ketidaksetaraan, dan eksploitasi. Dengan menumbuhkan cinta dan penghormatan universal, Neo-Humanisme bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang didasarkan pada kerja sama, harmoni, dan keadilan.
  8. Proto-Spiritualitas:

    • Neo-Humanisme juga memperkenalkan konsep proto-spiritualitas, yang mengacu pada spiritualitas intrinsik yang ada dalam semua makhluk, terlepas dari tingkat kesadaran mereka. Gagasan ini memperkuat prinsip penghormatan dan perhatian universal terhadap semua entitas.

Aplikasi Praktis:

  • Ekologi Neo-Humanistik: Mengadvokasi hubungan yang seimbang dengan lingkungan, serta mempromosikan praktik yang memastikan kesejahteraan semua makhluk hidup.

  • Reformasi Sosial: Neo-Humanisme menyerukan reformasi struktur sosial yang menciptakan perpecahan dan eksploitasi, dengan menekankan perlunya kebijakan dan praktik yang menguntungkan seluruh planet.

  • Pendidikan: Menerapkan sistem pendidikan Neo-Humanistik yang mengembangkan semua aspek potensi manusia, termasuk nilai-nilai moral dan spiritual.

  • Seni dan Budaya: Mendorong penggunaan seni, sastra, dan praktik budaya untuk menyebarkan nilai-nilai cinta universal, penghormatan, dan belas kasih.

Kesimpulan:

Neo-Humanisme adalah filsafat yang mencakup segalanya dan bertujuan untuk menciptakan dunia di mana semua makhluk dihargai dan dihormati. Filsafat ini merupakan gerakan spiritual dan sosial yang mengadvokasi penghormatan mendalam terhadap kehidupan dan komitmen terhadap kesejahteraan seluruh planet. Melalui filsafat ini, Sarkar membayangkan transformasi kesadaran manusia dan masyarakat, yang akan membawa kepada dunia yang lebih adil, penuh kasih, dan berkelanjutan.

Pendidikan Neo-Humanis

"Arti sebenarnya dari pendidikan adalah pengembangan trilateral - pengembangan simultan dalam bidang fisik, mental dan spiritual dari keberadaan manusia. Perkembangan ini harus meningkatkan integrasi kepribadian manusia. Dengan ini, potensi manusia yang tidak aktif akan terbangun dan dimanfaatkan dengan semestinya. Orang berpendidikan adalah mereka yang telah belajar banyak, mengingat banyak dan memanfaatkan pembelajaran mereka dalam kehidupan praktis. "
- (PR Sarkar)


Menurut para ilmuwan, potensi manusia itu sungguh tak terbatas, akan tetapi hingga tingkat peradaban sekarang ini kita baru menggunakan hanya satu persen saja dari seluruh potensi tersebut.
Apabila benar demikian, maka tugas paling utama pendidikan ialah“menimba keluar” seluruh potensi yang dimiliki oleh setiap manusia agar setiap manusia menjadi manusia seutuhnya, komplit. Dan inilah memang tugas Pendidikan Neo Humanis, di mana dilakukan upaya-upaya secara terpadu untuk menyadap potensi tertinggi di dalam diri setiap anak, pada setiap waktu dan setiap tempat.

         Pendidikan Neo-Humanis memberikan pendidikan kepada keseluruhan bagian yang membentuk anak itu : bukan hanya menghafalkan informasi dan menjejalkannya kepada intelek, atau melatih anak menjadi robot agar guru menjadi senang karena anak itu akan mengeluarkan jawaban-jawaban yang dikehendaki yang dikatakan sebagai  “benar”.
Pendidikan Neo-Humanis hendaknya diberikan kepada anak-anak sejak usia dini. Itulah sebabnya Shrii P.R. Sarkar, pelopor Pendidikan Neo-Humanis, menganjurkan untuk mendirikan lebih banyak pusat-pusat Pendidikan Anak Usia Dini yang menerapkan sistem pendidikan Neo-Humanis. Kenapa P.R. Sarkar tidak menganjurkan mendirikan lebih banyak Perguruan Tinggi ? Dalam kenyataannya perkembangan seseorang sebagian besar terjadi pada usia di bawah 6 tahun. Pada periode usia ini anak-anak membentuk struktur kognitif dan kepribadian dirinya yang akan menentukan jalan hidup untuk selanjutnya.

P.R. Sarkar mengatakan bahwa pada setiap orang ada kehausan akan ‘sesuatu’ yang tak terbatas. Satu tugas terpenting dari pendidikan adalah membangkitkan keinginan akan perluasan yang tak terbatas itu --- ilmu pengetahuan yang tak terbatas. Yang harus dibangkitkan pada setiap siswa adalah perasaan, “Saya ingin mengetahui/menyatu dengan kosmos.”
Sistem pendidikan tradisional masih jauh dari usaha sedemikian ini. Harapan yang dimiliki oleh setiap anak yang lahir ternyata hancur berantakan, sebagai akibat adanya ketidak adilan yang terjadi dewasa ini. Manusia mulai seperti kupu-kupu dan berakhir sebagai kepompong.

Sudah saatnya sistem pendidikan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak menghasilkan orang-orang yang  berpengetahuan setengah-setengah yang kemudian berkembang menjadi agresip, bingung, pembangkang dan frustrasi. Akibat selanjutnya, rangkaian jaringan sosial menjadi semakin rusak. Dilihat secara keseluruhan, semakin banyak saja anak-anak remaja yang putus sekolah, keluyuran, dan terjerumus ke dalam penggunaan obat-obat terlarang (narkoba), merusak lingkungan, terkena penyakit kelamin, minggat dari rumah, gila atau bunuh diri.

Perkembangan teknologi yang begitu pesat diharapkan bisa memberi manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan. Namun tidak dipungkiri bahwa kemajuan teknologi juga membawa dampak yang negatif terhadap perkembangan sosial, karakter dan kepribadian manusia.

Sudah sedemikian banyak dana dan waktu dikorbankan untuk mencoba membenahi sistem pendidikan. Tetapi sayang, banyak yang gagal, karena perhatian dipusatkan kepada sumber masalah yang keliru – yaitu dengan menambah intensitas menjejalkan informasi. Di banyak negara, “pembaharuan” di bidang pendidikan berarti menambah jam dan bahan pengajaran serta memompakan lebih banyak informasi kepada anak-anak yang sebenarnya sudah jenuh. Kesibukan menghafalkan informasi ini telah memerosotkan mutu dan martabat manusia dan menghancurkan jiwa para siswa itu. Ketika anak-anak dipandang sebagai sebuah keranjang yang fungsi utamanya menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali data dan fakta itu, maka proses belajar itu akan bersifat mekanistis dan para siswa yang jenuh itu akan menjadi agresif dan frustrasi atau mencari pelampiasan emosinya yang tidak terkendalikan. Kita memerlukan perubahan dan perubahan itu harus dilakukan sekarang.

Terlebih dulu kita harus mengerti apa yang dijelaskan oleh P.R.Sarkar – dan ternyata ditunjang  oleh kaidah-kaidah ilmu fisika modern – bahwa kehadiran kita bukan sekadar kenyataan yang nampak oleh panca indera, tetapi merupakan suatu rangkaian berkesinambungan dari berbagai lapisan kesadaran yang mulai dari lapisan yang paling kasar yaitu badan jasmani, melanjut menuju lapisan-lapisan yang lebih halus yaitu lapisan-lapisan psikis, dan akhirnya sampai pada suatu medan  yang menyatu dengan kesadaran tak terbatas.
Keseluruhan lapisan psikis itu dapat diidentifikasi ke dalam 5 lapisan :

1.        Kesadaran Jaga (Conscious Mind) : PENGINDERAAN
2.        Bawah Sadar (Subconscious Mind) : INTELEK
3.        Lapisan pertama Kesadaran Supra : KREATIVITAS
4.        Lapisan kedua Kesadaran Supra : INTUISI
5.        Lapisan ketiga Kesadaran Supra : SPIRITUALITAS

Di dalam setiap kesadaran yang lebih tinggi terdapat sumber pengetahuan yang lebih luas yang lebih memberikan kebahagiaan, karena lapisan yang lebih tinggi ruang lingkupnya lebih luas dan
mengandung cadangan energi yang bukan main banyaknya.
Lapisan-lapisan ini bukan sekadar konsepsi teoritis kaum psikolog, tetapi merupakan level yang berfungsi dapat dialami oleh setiap orang yang berlatih dengan penuh disiplin menjelajahi jiwanya. Tetapi sayang, pada umumnya orang tidak menyadari adanya level-level terpenting dari jiwa yang terdalam; dan kita biasanya hidup dengan dua level yang lebih rendah yaitu lapisan sadar dan bawah sadar saja.

Apa yang menjadikan Pendidikan Neo-Humanis itu unik ialah bahwa sistem dan metode pendidikan ini secara sistematis mengembangkan semua lapisan keberadaan manusia dan secara
berangsur-angsur mangarahkan individu menuju tujuan yang tidak terbatas. Jadi Pendidikan Neo Humanisme ini sebenarnyalah merupakan pendidikan keseluruhan (holistic education), karena di
dalam proses pendidikan itu tidak terdapat bagian kesadaran manusia yang terabaikan, tidak ada aspek kehidupan manusia yang tidak ditangani. Dengan memahami karakteristik eksistensi manusia secara keseluruhan maka seorang pendidik akan lebih mudah menggali metode-metode pengajaran yang lebih sesuai dengan psikologi anak didik.                                                         

Tujuan Pendidikan Neo-Humanistik :
·   Mengembangkan potensi anak sepenuhnya : fisik, mental, dan spiritual.
·    Membangkitkan kehausan akan ilmu pengetahuan dan senang (cinta) belajar.
·    Membekali anak-anak dengan kemampuan akademik dan kemampuan lainnya yang diperlukan
     untuk  pendidikan selanjutnya.
·    Memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anakyang meliputi moralitas,
     integritas, percaya diri, disiplin, dan kerjasama.
·    Mengembangkan kemantapan fisik dan ketahanan mental melalui yoga dan  meditasi, olahraga
     dan bermain.
·    Mengembangkan rasa estetika dan penghargaan terhadap kebudayaan melalui drama, tari, musik
     dan senirupa.
·    Mendorong anak-anak agar menjadi anggota masyarakat yang aktif dan bertanggungjawab.
·    Meningkatkan kesadaran ekologi dalam makna yang paling luas, yaitu kesadaran akan saling
      terkaitnya segala sesuatu, dan mendorong rasa hormat dan peduli terhadap semua makhluk.
·    Meningkatkan Pandangan Universal, terbebas dari perbedaan agama, warna kulit, jenis kelamin,
     dsb.
     (Sumber utama : Buku Pendidikan Neo-Humanis, karangan Avadhutika Anandamitra Acarya)




Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting


Usia di bawah enam tahun adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seseorang. Begitu juga pengembangan otak dan intelegensi hampir seluruhnya terjadi pada usia di bawah enam tahun. Kalau seseorang sudah terlanjur menjadi pencuri, koruptor atau penjahat, maka pendidikan Universitas bagi orang tersebut boleh dikatakan tidak berarti apa-apa. Sebagaimana halnya sebatang pohon bambu, kalau sudah tua susah dibengkokkan.

Anak-anak pada usia di bawah enam tahun memiliki intelegensi laten (potential intelegence) yang luar biasa. Namun pada umumnya para orangtua dan guru di sekolah hanya bisa mengajarkan sedikit hal pada anak-anak. Sesungguhnya anak-anak usia muda tidak “complicated” (ruwet) dalam belajar, tetapi orangtua atau guru yang sering bermasalah. Pada umumnya kita selalu menyalahkan anak-anak apabila tingkah laku mereka tidak seperti yang kita inginkan. Hal ini lebih banyak disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman kita terhadap perkembangan jiwa anak, sehingga kita sering memperlakukannya dengan tidak/kurang tepat.

Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa dan kemampuan untuk menyerap informasi sangat tinggi. Kebanyakan orang tidak mengenali dan memahami kemampuan 'magic' yang ada pada anak-anak. Mereka hanya bisa berkata, "Saya tahu anak-anak belajar lebih cepat", tetapi mereka tidak tahu seberapa cepat anak-
anak bisa belajar. Karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan orang tua dan guru-guru maka potensi luar biasa yang ada pada setiap anak sebagian besar tersia-siakan. 

Umumnya orang siap mengorbankan waktu bertahun-tahun dan uang berjuta-juta rupiah untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi ; untuk apa ? --- untuk mendapatkan sedikit tambahan intelegensi, karena sedikitnya kemampuan sel-sel otak yang tersisa. Sebaliknya orang kurang memperhatikan pendidikan anak-anak pada usia muda.

Anak-anak usia belia memiliki bermilyar-milyar sel-sel syaraf otak yang sedang ber-kembang dan memiliki kemampuan yang dahsyat….serta daya memory yang kuat. Maka pendidikan yang me-nanamkan nilai-nilai luhur kemanusiaan (pengembangan intelegensi/kecerdasan, karakter, kreativitas, moral, dan kasih sayang universal) sangatlah perlu diberikan pada anak-anak sejak usia dini.

Pendidikan Anak Usia Dini tidak boleh dianggap sepele dan diabaikan. Bahkan pendidikan bayi sejak usia nol tahun (baru lahir) atau bahkan sejak bayi masih dalam kandungan sudah saatnya dikembangkan.

Guru-guru dan fasilitas yang terbaik semestinya diprioritaskan pada
lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Dedikasi yang tulus dari guru-guru dan dukungan sepenuhnya dari orangtua anak akan menjamin keberhasilan pendidikan anak-anak.

Mengapa Mereka Memilih Pom-Pom School ?

POM-POM SCHOOL menerapkan sistem Pendidikan Neo-Humanis (Neo-Humanistic Education atau NHE). Pendidikan Neo-Humanis adalah pendidikan manusia seutuhnya: fisik, mental, dan spiritual. Inti dari Pendidikan Neo-Humanis adalah membangkitkan Cinta Kasih Universal yang bersemayam di dalam setiap orang dan di dalam setiap makhluk lainnya. Metode yang kami gunakan diistilahkan dengan ‘The NHE Way’ yang merupakan perpaduan antara metode mutakhir Barat dengan pendekatan holistik budaya Timur.

The NHE Way adalah metode yang sangat efektif dalam mengembangkan kemampuan anak diberbagai bidang, seperti membaca, menulis, matematika, bahasa, seni, dan lain-lain terutama pada anak-anak usia dini. Dengan metode NHE anak-anak usia dini bisa belajar dengan kepesatan yang menakjubkan.

Kesalahan dalam mendidik dan mengajar akan berakibat fatal bagi perkembangan anak selanjutnya, karena pada saat anak memasuki tahap pemikiran analitik, mereka kehilangan ‘scope’ untuk mengembangkan  intelegensi holistik. Metode NHE sangat sesuai dengan perkembangan psikologi anak; apa yang diajarkan sejalan dengan bagaimana cara mengajarkannya.  “Belajar” nampak sebagai ‘bermain’, sehingga menyenangkan dan tidak membuat anak-anak merasa tertekan. Prinsip utama dalam metode ‘The NHE Way’ adalah ‘Play method’ (belajar dengan cara bermain atau terasa bermain).


Penggunaan Bahasa Inggris

Suka maupun tidak suka, kita semua mesti menerima bahwa Bahasa Inggris sudah merupakan bahasa Global yang utama. Maka di era globalisasi yang serba canggih sekarang ini sangatlah penting menguasai bahasa dunia, jika tidak maka kita akan ketinggalan dengan bangsa-bangsa lainnya.

Syukurnya kini masyarakat kita semakin menyadari betapa pentingnya menguasai bahasa Inggris, dan seiring dengan kesadaran itu makin tinggi pula animo para orang tua untuk memperkenalkan bahasa Inggris kepada putra-putrinya sejak usia dini.

Atas kesadaran yang sama dan dalam rangka menjembatani keinginan masyarakat maka POM-POM School juga menerapkan penggunaan bahasa Inggris selain bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.


Yoga asanas & Quiet time

Kami telah memperkenalkan yoga kepada anak-anak usia dini sejak berdirinya POM-POM School pertama di Monang-Maning pada tahun 1998.  Di saat-saat awal berdirinya POM-POM School ada beberapa orang tua siswa yang keberatan anaknya diajari yoga karena mereka menganggap bertentangan dengan ajaran agamanya/kepercayaannya. Kami berusaha menjelaskan apa itu yoga dan apa manfaatnya untuk anak-anak dan sebagaian besar mereka akhirnya bisa menerima. Hanya ada satu orang anak yang dipindahkan sekolah karena alasan yoga walaupun tidak diutarakan secara langsung kepada kami.

Namun kini sudah banyak sekolah-sekolah PAUD yang mengajarkan yoga karena masyarakat sudah semakin melek kesadarannya dan semakin terbuka pemikiran serta cara pandangnya.

Praktek yoga di POM-POM School meliputi asanas dan ‘quiet time’.

Asanas adalah suatu postur atau gerakan tertentu yang banyak di antaranya menirukan postur-postur binatang.

Yang dimaksud ‘quiet time’ adalah duduk diam sambil melakukan visualisasi dengan mata terpejam (Close your eyes…. and see… ).

Jika dijabarkan manfaat yoga tentu banyak sekali. Yang utama manfaat yoga bagi anak-anak adalah membuat pikirannya lebih tenang; lebih fokus, lebih terkendali prilakunya, lebih percaya diri, dan tentu saja lebih sehat.